MAKALAH
BERKARYA SENI RUPA TRI
MATRA
Untuk memenuhi tugas mata
kuliah PENDIDIKAN SENI RUPA
KELOMPOK
Disusun oleh :
1. ELVA LISTIANA (14186206157)
2. ITA RETNO SUSANTI (14186206181)
3. DEWI ISRO’IN (14186206170 )
4. AMELIA LINDA (14186206 )
SekolahTinggi Keguruan dan
Ilmu Pendidikan
(STKIP) PGRI TULUNGAGUNG
Jalan Mayor SujadiTimur No.7
Tulungagung - JawaTimur
Telp/Fax : 0355-321426 email
: info@stkippgritulungagung.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan rahmat,karunia dan hidayah-Nya
kepada kami,sehingga kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat
waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pendidikan Seni Rupa. Adapun topik yang dibahas di dalam makalah ini adalah .
Dimana setelah membahas topik ini,diharapkan tentangcara pembuatan topeng dari
kertas dan wayang dari suket. Dimana setelah membahas topik ini, diharapkan
pembaca dapat memahami segala sesuatu mengenai
isi makalah
ini.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih
jauh dari sempurna serta masih banyak terdapat kekurangan,baik mengenai isi di
dalamnya maupun dari segi pengerjaannya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang inovatif demi perbaikan di masa yang akan datang.
Akhir kata penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca tentunya
Tulungagung, Oktober 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar.............................................................................................................. i
Daftar
Isi...........................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
………………………………………………………………..1
B. Rumusan
Masalah……………………………………………………………..1
C.
Tujuan…………………………………………………………………………….1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Topeng dari kertas
………………………………………………………..….2
B. Wayang dari suket
……………………………………………………………7
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan……………………………………………………………….…..20
B.Saran…………………………………………………………………………..20
Daftar Pustaka……………………………………………………………………iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Pramesti (2012:12) Seni berkaitan
dengan indah dan dilakukan oleh manusia. Seperti
dijelaskan oleh Sumardjo (2000:45) bahwa “ apa
yang disebut seni memang merupakan suatu wujud
yang terindera. Karya seni merupakan sebuah benda atau artefak yang dapat dilihat, didengar, atau dilihat
sekaligus didengar (visual, audio, dan
audio-visual), seperti lukisan, musik, dan teater. Tetapi yang disebut seni ini berada diluar benda seni sebab
seni itu berupa nilai. Apa yang disebut indah,
baik, adil, sederhana, dan bahagia itu adalah nilai. Apa yang oleh seseorang
disebut indah dapat tidak indah bagi orang lain.”
Seperti yang dikutip oleh Pramesti (2012:15). Wayang bukan hanya
merupakan pergelaran yang bersifat menghibur, melainkan juga sarat akan
nilai-nilai falsafah kehidupan. Sebab, setiap tokoh dalam cerita wayang
merupakan cerminan dari sikap, watak, dan karakter manusia secara umum. Ada yang
baik dan jahat, ada kebatilan dan keburukan, ada kasih sayang, cinta, hasut,
serakah, dan lain-lain.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana cara membuat
topeng dari kertas ?
2.
Bagaimana cara membuat
wayang dari suket ?
C.
Tujuan
1. Mengetahui cara membuat topeng dari kertas
2. Mengetahui cara membuat wayang dari suket
BAB II
PEMBAHASAN
A. Membuat Topeng Kertas
a. Topeng dari kertas karton
Media
membuat topeng bermacam-macam bisa dari kayu, tanah liat, bubur kertas atau
kertas karton. Disini kita akan mencoba membuat topeng dengan media kertas
karton dengan teknik melipat, memilin dan menggunting. Pembuatan topeng akan
melatih kita untuk membuat karakter wajah manusia ada yang lucu, galak,
bengong, judes dlsb. Pengerjaannya sangat mudah hanya memerlukan ketekunan dan
kesabaran, berikut akan diuraikan cara pembuatannya:
Bahan dan Alat :
1. Kertas Karton
2. Koran Bekas
3. Pewarna bisa dipilih salah satu seperti: Cat Air/ Cat Poster/ Cat untuk styroform
4. Asesories seperti : benang, kain, ijuk, renda dlsb
Alat-alat:
1. Gunting
2. Cuter
3. Hecter
Bahan dan Alat :
1. Kertas Karton
2. Koran Bekas
3. Pewarna bisa dipilih salah satu seperti: Cat Air/ Cat Poster/ Cat untuk styroform
4. Asesories seperti : benang, kain, ijuk, renda dlsb
Alat-alat:
1. Gunting
2. Cuter
3. Hecter
Cara Pembuatan:
1. Buatlah sketsa dasar wajah
berbentuk Oval pada sehelai kertas karton kemudian pada sekeliling sisinya beri
tanda garis titik 8 bagian.
2. Gunting, Lipat dan tekuk sketsa
dasar wajah berbentuk oval kemudian di hecter satu persatu sehingga membentuk
seperti gambar di atas
3. Gunting kertas koran dengan ukuran kecil-kecil kemudian
tempelkan pada bentuk dasar wajag topeng, maksudnya agar bentuk dasar topeng
dari kertas karton menjadi keras
4. Bentukdasar topeng yang sudah selesai di tempeli
guntingan kertas koran
5. Buatlah bagian-bagiab wajah topeng seperti alis, hidung,
pelipis, dan mulut dengan teknik melipat, menggunting dan
menempel. Caranya sama dengan cara membuat bentuk dasar topeng seperti
gambar no.1 dan 2 hanya saja ukurannya lebih kecil. Sebelumnya ukur dulu
posisi mata, hidung dan mulut sesuai wajah kita kemudian dilubangi.
6. Setelah bagian-bagian wajah selesai ditempel pada
bentuk dasar topeng tempelkan kembali guntingan kertas koran ke seluruh bagian
wajah topeng, sehingga topeng menjadi lebih keras
7. Selanjutnya wajah topeng tinggal diberi warna sesuka hati
kita, dapat menggunakan cat air untuk styroform, cat poster, cat kayu dlsb
b. Membuat Topeng dari Bubur Kertas
Membuat topeng bubur kertas perlu ketelitian.
Langsung saja berikut ini akan dipaparkan pembuatan topeng dari bubur kertas.
Bahan:
- Bubur kertas
- Cetakan
- Tepung
- Lem
- Cat
Langkah-langkah:
- Kumpulkan koran atau kertas bekas. Lalu kertas masukan ke ember di rendam dengan air. Usahkan rendam kertas dalam waktu lama, hal ini supaya kertas dapat lembek. Ini dapat dirasa dari baunya yang luar biasa
- Buatlah cetakan topeng, semisal dari tanah tanah liat yang mudah dibentuk. Bisa dicetak di dalam maupun di luar cetakan.
- Siapkan tepung kanji dan air panas, sesuaikan dengan kebutuhan. Tiriskan kertas, lalu dicampur semua bahan (kertas, air panas dan tepung) secara merata dan diaduk supaya tektur terlihat lembut. Selanjutnya silahkan tempelkan pada cetakan yang telah disiapkan. Sebelum dijemur, sebaiknya antara cetakan dan bubur kertas diberi tisu atau lainnya yang gunanya agat tidak lengket saat mengangkat hasil cetakan.
- Setelah selesai lalu di jemur. Nah...kalau sudah kering, tinggal proses pengecatan. (Saat pengecataan: Kertas itu bersifat menyerap air. Biar menghemat cat, usahakan sebelum di cat permukaan topeng bisa dipoles dengan lem. Dan nantinya hasilnya akan lebih mengkilap).
B.
Wayang dari Suket
Wayang sudah dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar
1500 tahun sebelum Masehi. Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaa animisme
berupa pemujaan roh nenek moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang
diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar. Wayang merupakan seni tradisional
Indonesia yang berkembang di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan Wayang itu
senidiri telah diakui oleh UNESCO pada tanggan 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan
dalam bidang cerita narasi dan warisan yang
indah dan sangat berharga.
Wayang
suket merupakan bentuk tiruan dari berbagai figur wayang kulit yang terbuat dari rumput (bahasa Jawa: suket). Wayang
suket adalah seni pertunjukan multimedia yang merupakan eksplorasi inovatif
dari seni pertunjukan yang dipadu dengan teater, tari dan musik. Selain itu,
lakon dalam wayang suket juga tidak selalu diceritakan oleh dalang melalui
karakter wayang, tapi dimainkan juga oleh personal lainnya dalam bentuk teater
dan tari. Dialog bukan Cuma milik dalang, tapi juga terjadi di antara pemain
dan dalang.
Seniman asal Tegal, Slamet Gundono, dikenal sebagai tokoh yang berusaha
mengangkat wayang suket pada tingkat pertunjukan panggung.
Bahkan jika menyebut wayang suket,
sekarang sudah lekat dengan pertunjukan wayangnya. Slamet Gundono adalah
lulusan STSI Pedalangan, Wayang Suket Slamet Gundono awalnya bermediakan wayang
yang terbuat dari suket, namun Slamet Gundono lebih mengandalkan unsur
teatrikal dan kekuatan berceritera. Dalam pementasan wayang suketnya, Slamet
Gundono menggunakan beberapa alat musik yang teridiri dari gamelan, alat petik,
tiup dan beberapa alat musik tradisional lainnya. Slamet juga dibantu beberapa
pengrawit, penari yang merangkap jadi pemain, untuk melengkapi pertunjukannya.
Seting panggungnya berubah-ubah sesuai tema yang ditentukan.
Media bertutur Slamet Gundono tidak
hanya wayang suket tetapi juga wayang kulit dan kadang memakai dedaunan untuk
dijadikan tokoh wayang.
Kehebatan bertutur (pendongeng)
dalang satu ini sudah tidak diragukan lagi. Banyak kalangan Dalang muda yang
memuji kemampuan bertutur Slamet Gundono. Misalnya Ki Sigit Ariyanto; " Jangkan
dengan wayang, dengan pecahan genteng atau serpihan plastik Gundono dapat
mendalang dengan baik". Bahkan menurut Ki Bambang Asmoro, dengan media
yang ada, Slamet Gundono bisa menuntun penonton ke dalam imajinasi yang lebih
dalam, sehingga roh atau esensi wayang sebagai pertunjukan bayangan
"wewayanganing urip" menjadi lebih bermakna dan multi tafsir.
Rumput, bahan dari karakter
wayang suket, mengandung filosofi mengenai kehidupan, karena walaupun hidup di
bawah dan kerap diinjak, bahkan dipangkas, tetap dapat bertahan hidup.
Tumbuhnya rumput juga selalu diikuti keberadaan unsur alam lain, seperti tanah,
air, udara dan matahari. Hal ini juga memberi illustrasi terhadap nasib
pertunjukan wayang, ketika sempat menjadi tontonan mewah, untuk kalangan ‘istana’,
wayang tetap dinikmati dan dipentaskan masyarakat dipedesaan kebanyakan. Salah
satunya adalah dengan membuat wayang dari rumput, seperti wayang suket ini.
Banyak pengamat menyebut wayang suket sebagai symbol semangat tradisi yang
terus hidup, bahkan di tengah modernitas dengan tetap mencipta kreasi baru
tanpa kehilangan orisinalitas.
Tidak
heran jika kemudian lakon dalam pertunjukan wayang suket selalu dekat dengan
masyarakat, sarat dengan humor- humor cerdas dan padat dengan kandungan renungan
filosofis tentang kehidupan.
·
Teknik Pembuatan Wayang Suket
Sesuai dengan namanya, maka
bahan utama yang digunakan dalam pembuatan wayang
rumput (wayang suket)
adalah tanaman rumput
terutama rumput yang berukuran panjang
dan telah dikeringkan atau dijemur dahulu sebelum digunakan. Jenis rumput dengan ciri seperti
itu
dipilih karena lebih mudah dibentuk dan dianyam, sehingga tidak mudah terputus dan tidak perlu
adanya sambungan ditengah-tengah anyaman. Jenis rumput yang
bisa digunakan dalam membuat wayang
rumput (wayang suket) diantaranya rumput gajah, rumput
mendong, serta jerami.
Untuk membuatnya, beberapa helai daun rerumputan kering dijalin
lalu dirangkai (dengan melipat) atau dianyam hingga membentuk
figur serupa dengan wayang kulit. Simpul yang biasa digunakan dalam pembuatan wayang
suket diantaranya simpul hidup, simpul mati, simpul kepang, serta simpul lainnya yang dapat ditambahkan sesuai
bentuk yang
diinginkan. Untuk bentuknya sendiri juga berbeda-beda,
dari bentuk yang
paling sederhana hingga bentuk yang agak rumit.
Karena bahanya dari rumput, maka wayang
suket ini biasanya
memiliki sifat tidak dapat bertahan lama.
Wayang Rumput (wayang suket) yang digunakan
untuk
pertunjukan atau pergelaran, biasanya ditambahkan potongan bambu yang
disisipkan dibagian tengah wayang, yang fungsinya agar wayang
tersebut dapat ditancapkan di batang pisang (gedogan) dan juga agar lebih
mudah dipegang untuk digerak-gerakan pada saat sedang
dimainkan oleh dalang. Namun batang
pisang tersebut hanya kadang- kadang saja digunakan.
Berikut ini ada
beberapa langkah-langkah dalam pembuatan bentuk
wayang
suket dengan bentuk yang
cukup sederhana dengan bentuk yang mudah diikuti atau
dipraktekan kembali.
Langkah-langkah dalam membuat contoh bentuk wayang
suket
tersebut, diantaranya :
A. Contoh wayang suket yang pertama
Gambar 1
1) Bagian Atas atau Kepala :
a) Ambil dua
buah batang rumput, kemudian keduanya dilipat menjadi dua bagian tepat ditengah dan yang satu kita pegang dengan posisi horizontal, sedangkan yang satunya lagi kita jepit pada rumput pertama dengan posisi vertikal, tetapi beri
sedikit jarak atau beri lebih ujungnya untuk
dibuat hidung wayang.
Bentuk Wayang Suket Pertama
b) Ambilah sehelai rumput,
kemudian lipat
dua. Lalu
ambil
sehelai
rumput lagi, lipat dua dan jepit pada rumput pertama dengan diberi
sedikit jarak. Tarik bagian B dan lipat
kedepan lalu bagian
A dan lipat ke belakang.
Bentuk Wayang Suket Pertama
|
Bentuk Wayang Suket Pertama
d) Lakukan
hal yang
sama
seperti
langkah sebelumnya, disebelah
simpul tadi gunakan rumput yang belum dianyam.
A
|
Bentuk Wayang Suket Pertama
e) Lakukan langkah
diatas
sebanyak tujuh
kali,
sisakan
empat helai.
Bentuk Wayang Suket Pertama
f) kepang empat sisa helai rumput tersebut.
Bentuk Wayang Suket Pertama
g) Lalu letakan
kepangan
di depan bagian tengah
kepala.
Bentuk Wayang Suket Pertama
2) Bagian Badan dan Lengan.
a) Buat kepangan empat untuk bagian tangan wayang, lalu ikat kedua
ujungnya
dengan menggunakan simpul
mati.
b) Sisipkan hasil kepangan tadi pada tengah-tengah rumput
sisa dari bagian kepala (bagian depan dan belakang tertutup badan wayang)
c) Ambil sehelai
rumput dan simpan di bagian
depan dengan
posisi horizontal.
d) Lalu lilitkan
ujung rumput A dan B ke bagian belakang badan.
|
e) Kemudian sisipkan
kedua
rumput
tersebut
ke
bagian
depan
tangan. Lalu lilitkan
pada bagian tangan.
f) Ulangi langkah diatas sebanyak empat kali, hingga membentuk
seperti
pada gambar dibawah ini
3) Bagian Bawah atau
Kaki:
a).Buat simpul kepang
empat untuk kaki seperti untuk bagian
tangan, lalu ambil sehelai rumput, lipat dua dan jepit pada kepangan. Tarik bagian B dan lipat ke
depan lalu bagian A dan lipat ke belakang.
|
b) Lakukan
langkah diatas sebanyak delapan
kali.
c) Jepit sisa rumput tadi pada sisa rumput dari
bagian kepala.
d) Pegang rumput yang paling
atas. Tarik
bagian
B
dan lipat kedepan
lalu bagian A dan
lipat
kebelakang.
e) Terakhir ikat semua dari bagian
kaki hingga bawah.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Karya seni merupakan sebuah benda atau
artefak yang dapat dilihat, didengar, atau dilihat
sekaligus didengar (visual, audio, dan
audio-visual), seperti lukisan, musik, dan teater. Tetapi yang disebut seni ini berada diluar benda seni sebab
seni itu berupa nilai. Apa yang disebut indah,
baik, adil, sederhana, dan bahagia itu adalah nilai. Apa yang oleh seseorang
disebut indah dapat tidak indah bagi orang lain.”
Seperti yang dikutip oleh
Pramesti (2012:15). Wayang bukan hanya merupakan pergelaran yang bersifat
menghibur, melainkan juga sarat akan nilai-nilai falsafah kehidupan.
B.
Saran
Dalam
hal ini, kami selaku penulis hanya bisa memberikan sedikit gambaran secara
global tentang uraian makalah ini. Namun kami juga menyadari adanya kekurangan
makalah ini, jadi kami mengharapkan agar Bapak Dosen Pengajar serta teman-teman
tidak hanya membaca makalah ini, tetapi
juga membaca makalah atau buku-buku sejenisnya yang lain, yang lebih baik lagi.
Dan kami penulis mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah kami untuk
penyempurnaan pembuatan makalah selanjutnya.
Daftar Pustaka
Cybersufi, Panji, 2011. Wayang
Sebagai Komoditas Industri dan Nusantara. Diunduh dari
Panji-crbybersufi.blogspot.com pada hari Sabtu, 04 Januari 2014.
Iuz, 2012. Wayang
Suket. Diunduh dari pesantrenonline.org pada hari Kamis, 02 Januari 2014.
Piliang, Yasraf Amira. Pos Realitas ; Realitas Kebudayaan Dalam Era
Pos Metafisik. Jalasutra : Yogya, 2004.
Verys, Ivan, 2013.
Pengertian Wayang Suket. Diunduh dari Lobabanyak.blogspot.com pada hari
Kamis, 02 Januari 2014.
Zuraya,Nadya, 2012 . Pertunjukan
Wayang didorong Masuk Sektor Ekonomi Kreatif . Di unduh dari www.republika.co.id pada hari Sabtu,
04 Januari 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar