MAKALAH
KONSEP
DASAR PENDIDIKAN SENI RUPA
NAMA
ANGGOTA KELOMPOK 9 :
ELVA
LISTIANA (14186206157)
DEWI
ISRO’IN (14186206170)
ITA
RETNO S ( )
AMELIA
LINDA W ( )
PRODI-KELAS
: PGSD-3E
Sekolah
Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(STKIP)
PGRI TULUNGAGUNG
Jalan Mayor Sujadi Timur No.7
Tulungagung - Jawa Timur
Telp/Fax
: 0355-321426 email : info@stkippgritulungagung.ac.id
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya
sehingga kami kelompok 9 dapat menyelesaikan tugas pendidikan seni rupa dan
kerajinan dalam penyusunan makalah dengan judul “Konsep dasar pendidikan seni
rupa.”
Makalah ini kami susun dari
berbagai sumber, dengan harapan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi
pembaca tentang estetika dan perkembangannya dalam mata kuliah pendidikan seni
rupa dan kerajinan. Tidak lupa kami sampaikan banyak terimakasih pada semua
pihak yang telah membantu terselesainya penyusunan makalah ini.
1.
Bapak Drs. H. Djoko Edy Yuwono, M.M selaku kepala
STKIP PGRI TULUNGAGUNG
2.
Bapak M.
Reyhan Florean, M.Pd selaku dosen pengajar mata kuliah pendidikan seni
rupa dan kerajinan dan pembimbing tersusunnya makalah ini.
3.
Anggota kelompok 9 yang telah menyelesaikan penyusunan
makalah ini dengan baik.
4.
Teman-teman Prodi PGSD3E yang turut serta membantu
terselesainya makalah ini.
5.
Pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan namanya
satu persatu.
Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahannya. Untuk itu
kritik dan saran yang sifatnya membangun, sangat kami harapkan. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi kita semua.
Tulungagung, Oktober 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB
I PENDAHULUAN…………………………………….........
1.1
Latar Belakang……………………………………………….
1.2
Rumusan Masalah……………………………………………
1.3
Tujuan………………………………………………………..
BAB
II PEMBAHASAN…………………………………………….
2.1
Pendekatan Kompetansi Dalam
Pendidikan Seni Rupa……..
2.2
Pendidikan Seni Rupa Sebagai
Pendidikan Kreatifitas dan Emosi………………………………………………………..
BAB
III PENUTUP…………………………………………………...
3.1
Kesimpulan…………………………………………………..
3.2
Saran………………………………………………………....
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………...
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Kebanyakan orang merasa
bahwa dirinya tidak berjiwa seni, tidak mampu dibidang seni, atau enggan untuk
belajar seni karena merasa kesulitan. Dengan adanya anggapan tersebut
menyebabkan seseorang tidak tertarik untuk belajar seni, hanya cukup menikmati
hasil karya seni orang lain tanpa adanya usaha untuk melatih diri supaya
menghasilkan sebuah karya seni. Pendidikan seni merupakan sarana untuk
pengembangan kreativitas anak. Pelaksanaan pendidikan seni dapat dilakukan
melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni dapat dilakukan melalui
kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak
menjadi seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif.
Pada dasarnya pendidikan seni di
sekolah diarahkan untuk menumbuhkan kepekaan rasa estetik dan artistik sehingga
terbentuk sikap kritis, apresiasif dan kreatif pada diri siswa secara
menyeluruh. Sikap ini akan tumbuh, apabila dilakukan serangkaian proses
kegiatan pada siswa yang meliputi kegiatan pengamatan, penilaian, dan
pertumbuhan rasa memiliki melalui keterlibatan siswa dalam segala aktivitas
seni di dalam kelas dan atau di luar kelas.
Pendekatan seni dalam pendidikan
adalah sebagai bentuk pendidikan seni sebagai upaya pewarisan dan sekaligus
pengembangan atas beragam seni kepada anak didik. Kesenian yang telah dimiliki
masyarakat agar tidak punah dan malah berkembang, oleh karena itu anak didik
perlu dididik agar pandai dalam bidang seni. Pada gilirannya dapat dihasilkan
calon-calon seniman yang handal. Pendidikan melalui seni adalah bentuk
pendidikan seni yang digunakan sebagai upaya, sarana, alat atau media
pencapaian sasaran pendidikan secara umum. Melalui pendidikan seni diharapkan
dapat menghasilkan anak didik yang memiliki keterampilan, kreatif dan inovatif.
Dibutuhkan kemampuan
apresiasi yang tinggi untuk memahami lebih dalam nilai-nilai karya seni, yang
tentunya dapat tercapai apabila penikmat seni itu memiliki tingkat kecerdasan
dan kemampuan menanggapi makna-makna yang terkandung dalam karya seni tersebut.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Adapun
rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimakah
pendekatan kompetensi dalam pendidikan seni rupa itu ?
2. Apakah
maksud dari pendidikan seni rupa sebagai pendidikan kreatifitas dan emosi ?
1.3
TUJUAN
1. Mengetahui
pendekatan kompetensi dalan pendidikan seni rupa.
2. Mengetahui
maksud pendidikan seni rupa sebagai pendidikan kreatifitas dan emosi.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pendekatan Kompetansi Dalam
Pendidikan Seni Rupa
Pendidikan
kompetensi sesungguhnya sudah agak lama dikenal dalam sistem pendidikan guru
yang dikenal dengan PGBK (Pendidikan Guru Berdasar Kompetensi). Dalam bidang
seni, pendekatan kompetensi menjadi bahan pembahasan dan di sepakati acuan bagi
penyelenggaraan pembelajaran seni di Indonesia.
Pendekatan kompetensi sering
dianggap sebagai reaksi atas pendekatan yang mengacu kepada materi (termasuk dicipline
based art education, disingkat DBAE ?). Tetapi jika direnungkan sebetulnya arahnya
sejalan, karena materi yang dipilih pada dasarnya dijabarkan dari kompetensi
yang diharapkan. Bedanya, pada pendekatan kompetensi terlebih dahulu yang
ditetapkan adalah kompetensinya.
Inti pandangannya adalah bahwa
setiap bahan ajar yang dipilih serta metode dan media yang digunakan harus
diarahkan kepada pembentukan kompetensi siswa. Untuk setiap jenjang pendidikan,
perlu ditetapkan kompetensi apa yang harus dikembangkan. Gagasan ini tampaknya
didorong oleh hasrat perlunya menyiapkan sejak dini pembentukan SDM yang
memiliki kemampuan handal, kompetitif, khususnya menghadapi persaingan global
masa depan. Dalam bidang seni, pendekatan kompetensi menjadi bahan pembahasan
dan disepakati sebagai acuan bagi penyelenggaraan pembelajaran seni di
Indonesia. Konsep dasar pendekatan kompetensi adalah seperangkat rencana dan
pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa,
penilaian, kegiatan belajar-mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan
dalam pengembangan kurikulum sekolah (Puskur-Balitbang Depdiknas, 2002).
Ø Implikasi Pendekatan Kompetensi
Implikasi pendekatan kompetensi
dalam aspek pelaksanaan adalah bahwa kegiatan belajar-mengajar terarah kepada
suatu sasaran yang berbentuk kompetensi siswa setelah mengikuti suatu program
dalam limit waktu tertentu. Pembelajaran tidak asal berlangsung, tapi
terkontrol, bertahap, berkelanjutan. Ekspresi-kreasi sukar diduga, sukar
diukur, sukar dilatih, karena dorongannya ada di dalam diri individu. Dalam hal
ini, ukuran-ukuran kompetensi tak bisa lain kecuali bersifat fleksibel, multikriteria
dan kualitatif, seperti terungkap dari kata-kata: siswa memiliki kemampuan
berapresiasi,dst.
Pendekatan DBAE maupun pendekatan
kompetensi sama-sama memiliki harapan agar pembelajaran itu berkualitas dan
bermakna, tidak sekedar merasa cukup jika siswa ramai-ramai berkarya, tetapi
karyanya itu-itu juga dari waktu ke waktu baik dalam tema, bentuk maupun
gagasan.
2.2
Pendidikan Seni Rupa Sebagai
Pendidikan Kreatifitas dan Emosi
Pembinaan
kreatifitas manusia sebaiknya dilakukan sejak anak-anak. Kondisi lingkungan
yang kreatif dan tersedia kesempatan untuk melakukan berbagai kegiatan
kreatif bagi anak-anak akan sangat
membantudalam mengembangkan budaya kreatifitasnya. Perlu diingat bahwa dunia
anak-anak merupakan awal perkembangan kreatifitasnya.
Seni
merupakan istilah yang identik dengan keindahan, kesenangan dan rekreasi. Dalam
seni, setiap orang dinilai memiliki kreatifitas dan kecerdasannya
masing-masing. Seni dapat memfasilitasi setiap orang untuk menuangkan atau
mencurahkan segala kreatifitas berdasarkan kehendak masing-masing orang itu
sendiri. Kreatifitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi
produk atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak ada
yang membuatnya. Kreatifitas bisa berupa kegiatan imajinatif dan sintesis
pemikiran yang hasilnya hanya perangkuman. Pada umumnya, kreatifitas diartikan
dengan daya atau kemampuan untuk mencipta, tetapi sebenarnya kreatifitas
memiliki arti yang lebih, meliputi :
1.
Kelancaran menanggapi suatu
masalah, ide atau materi.
2.
Kemampuan untuk menyesuaikan diri
dalam setiap situasi.
3.
Memiliki kepastian atau selalu
dapat mengungkapkan sesuatu yang lain daripada yang lain.
4.
Mampu berpikir secara integral,
bisa menghubungkan yang satu dengan yang lain serta dapat membuat analisis yang
tepat.
Pendidikan seni mempunyai kontribusi
terhadap pengembangan individu antara membantu pengembangan mental, emosional,
kreativitas, estetika, sosial, dan fisik. Aspek kreativitas mempunyai peranan
yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pembinaan kreativitas manusia
sebaiknya dilakukan sejak anak-anak. Kondisi lingkungan yang kreatif dan
tersedianya kesempatan melakukan berbagai kegiatan kreatif bagi anak-anak akan
sangat membantu dalam mengembangkan budaya kreativitasnya.
Perlu dingat bahwa dunia anak-anak
merupakan awal perkembangan kreativitasnya. Pada anak-anak yang berusia di
bawah 10 tahun merupakan the golden age of creative expression. Ekspresi
artistik merupakan salah satu kebutuhan anak-anak, oleh karena itu kebebasan
berkarya dengan berbagai media dan metode pada kegiatan seni anak-anak menjadi
pendekatan utama dalam pendidikan seni rupa. Ruang lingkup bahan pengajaran
Pendidikan Seni Rupa bagi anak-anak TK dan SD meliputi kegiatan berkarya dua
dimensional dan tiga dimensional. Kegiatan menggambar, mencetak, menempel, dan
kegiatan berkarya seni rupa dua dimensional lainnya yang menyenangkan anak
dengan media dan cara-cara yang sederhana dapat dikembangkan dalam kegiatan
belajar-mengajar. Juga kegiatan mematung, membentuk, merangkai, dan menyusun
dari berbagai media dan dengan cara-cara yang menyenangkan anak akan membantu
pengembangan kreativitasnya.
Emosi
Pentingnya pendidikan emosi telah diungkapkan para ahli
pendidikan sejak lama. Fransesco (1958), seorang ahli pendidikan seni rupa
mengemukakan pendidikan seni rupa antara lain sebagai penghalus rasa dan
pendidikan emosi. Dikemukakan, penguasaan emosi sangatlah penting, khususnya
pada manusia di zaman modern. Dalam seni, emosi disalurkan ke dalam wujud yang
memiliki nilai ekspresi-komunikasi. Kegiatan penguasaan dan penyaluran ekspresi
tadi menjadi dinamis dan bersemangat.
Psikologi telah mempelajari bahwa otak memainkan peranan
dalam berbagai kegiatan manusia dalam fungsi-fungsi: kognitif, afektif (emosional,
sosial), fisik (gerak) dan intuitif (Clark, dalam Hanna Widjaja,1996). Jadi
untuk mencapai perkembangan integral, semua fungsi ini perlu dikembangkan.
Ditengarai, bahwa dalam kehidupan nyata, banyak persoalan yang dipecahkan
secara jitu dengan menggunakan kecerdasan emosi yang sering kali mendahului
berjalannya kecerdasan rasio (intelijen). Orang sering membedakan antara
tindakan yang menggunakan otak dan hati. Mungkin sekali, nenek moyang kita
zaman dahulu banyak mengaktifkan kecerdasan emosi dalam menghadapi tantangan
lingkungannya. Pendidikan seni rupa yang banyak melibatkan emosi, intuisi dan
imajinasi dapat dijadikan salah satu cara yang tepat untuk mengembangkan
kecerdasan emosi. Lebih jauh lagi, pendidikan seni dapat juga menjadi semacam
penyembuh (therapy) atau penyehat mental dalam hal tercapainya kepuasan
dan keberanian baru. Cara yang efektif untuk pendidikan emosi adalah memberi
peluang dan stimulasi yang memungkinkan para siswa dapat bekerja dengan rasa
aman serta penuh percaya diri. (Fransesco, 1958).
BAB II
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Seni
merupakan istilah yang identik dengan keindahan, kesenangan dan rekreasi. Dalam
seni, setiap orang dinilai memiliki kreatifitas dan kecerdasannya
masing-masing. Pendekatan
DBAE maupun pendekatan kompetensi sama-sama memiliki harapan agar pembelajaran
itu berkualitas dan bermakna, tidak sekedar merasa cukup jika siswa ramai-ramai
berkarya, tetapi karyanya itu-itu juga dari waktu ke waktu baik dalam tema,
bentuk maupun gagasan.
Pendidikan seni mempunyai kontribusi
terhadap pengembangan individu antara membantu pengembangan mental, emosional,
kreativitas, estetika, sosial, dan fisik. Aspek kreativitas mempunyai peranan
yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dikemukakan, penguasaan emosi
sangatlah penting, khususnya pada manusia di zaman modern. Dalam seni, emosi
disalurkan ke dalam wujud yang memiliki nilai ekspresi-komunikasi. Kegiatan
penguasaan dan penyaluran ekspresi tadi menjadi dinamis dan bersemangat.
3.2
SARAN
Penulis
menyadari bahwa masih terdapat kekurangan-kekurangan dari bentuk maupun isi
dari makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kepada pembaca agar ikut
peduli terhadap pendidikan, kreatifitas, dan emosi untuk anak bangsa sehingga
seni rupa berperan dalam pendidikan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca untuk memperbaiki kesalahan dalam penulisan yang akan
datang.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar